Shiny apps

Beberapa tahun ke belakang saya banyak belajar tentang analisis data, dimulai dari monitoring dan evaluasi proyek sampai dengan analisis data potensi energi terbarukan. Selain itu, saya juga sempat mengambil kursus Data Visualization + Machine Learning di Algoritma Data Science School yang disponsori oleh kantor.

Dalam kursus tersebut saya belajar mengenai analisis data, statistik, menyajikan data, beberapa teknik machine learning sampai membuat aplikasi yang berjalan dan bisa diakses secara online. Pada umumnya ada dua bahasa pemrogramman yang sering dipakai dalam data science, yaitu Python dan R. Dan dalam kursus tersebut, saya secara spesifik dan intens belajar menggunakan bahasa R dengan menggunakan IDE (Interactive Development Environment) R studio.

Di akhir kursus, saya membuat studi kasus analisis data RUPTL dengan visualisasi yang interaktif. https://dody.shinyapps.io/powplan

Setelah selesai kursus tersebut, ternyata bahasa pemrogramman R dan shinyapps sangat powerful untuk analisis data dan membuat model simulasi. Saya membuat beberapa aplikasi baik untuk pekerjaan, sidejob, maupun karena penasaran aja.

1. Bioenergy Potential Database

Bioenergy potential database merupakan aplikasi untuk identifikasi potensi bioenergi di Indonesia. Data yang ditampilkan merupakan data pabrik agroindustri yang menghasilkan limbah organik yang bisa dimanfaatkan untuk produksi energi.

2. PV Rooftop Simulator

PV rooftop simulator merupakan aplikasi untuk menganalisis secara sederhana kelayakan instalasi PLTS atap. Aplikasi ini dapat digunakan untuk estimasi konsumsi listrik, luasan atap, kapasitas PLTS atap, serta dapat menampilkan beberapa parameter finansial, seperti investment cost, payback period, NPV, etc.

3. Gift Ideas

Gift ideas merupakan aplikasi untuk mencari ide kado untuk anak-anak berdasarkan jenis kelamin, umur dan juga kota tempat tinggal.

4. Airbnb

Airbnb merupakan aplikasi dengan fungsi seperti airbnb atau platform rental property lainnya.

Arcbrutile Tutorial – basemap in ArcGIS

This video tutorial will guide you on how to install and use arcbrutile in arcmap. This extension is easy to use and give good functionality to display satellite images as a basemap and as alternative to Google Earth.

You can easily digitize on arcmap or validate the analysis with the satellite image basemap.

Welcome to Heshe: Dongpu and Wangxiang Tribe Village

The exciting day had finally came. From Taipei Main Station we took train to Changhua, then transferred to Ershui then Shuili. From Shuili, Ms Chen and Jerry pick us up. Ms. Chen is the research associate from NTU Experimental Forest and responsible for Heshe internship while Jerry is the one who will assist us during our internship at Heshe.

IMG_2503

Ready for adventure

Along the way to Heshe, we stopped at a café for discussion with Ms. Chen about what we are going to do during our internship. In general, they expect both, intern and organizer get benefits. So, while enjoying the beauty of Taiwan, they expect us to helps local aboriginal tribes and promote eco-tourism in Taiwan. The interesting thing is that they let us to decide day-to-day activities during 4-weeks internship.

After arriving at Heshe office, Jerry showed us the room. I was surprise because the room is quite good and it has fast WIFI, especially when we compare it with dormitory that we stayed during orientation. Then, Jerry let us unpack and rest a bit before inviting us to meet the director of Heshe Forest Education Area and take us for Heshe tour. In the evening, Jerry invited us for dinner with his office colleagues in nearby food store.

IMG_2524 IMG_2558

In the following day, we went to Dongpu area which is 30 minutes away from Heshe. This place is famous with its waterfalls and hotspring. Nevertheless, the first destination in our trip was the suspension bridge. Jerry dropped us at the gate of the short trail then we walked down to the suspension bridge.

After walking for about 10 minutes, we finally found the suspension bridge. We were very excited to cross the bridge but a small store next to the bridge which sell honey attracted us. Then, we came to the seller who is an old man. He explained a lot of things but in Chinese and luckily, we had Yu Ting who translated it for us. Philip finally decided to buy one which costs NTD 500 (price was reduced from NTD 600) after trying the samples that he gave us.

IMG_2577 IMG_2579 IMG_2612

From the first suspension bridge, we walked to the hiking trails to Dongpu waterfalls. Along the way to hiking trails, there are a lot of hot spring resorts. At that time, we did not have chance to try the hot spring but we may try it later.

We needed 40 minutes to walk up to the waterfalls, including picture taking which is supposed to take a lot of time. Along the way, we found another suspension bridge. And from that suspension bridge we can see a small waterfall. Unfortunately, we didn’t find a way to go there. Not far from the suspension bridge, we found another small waterfall, which is called couple waterfall. And shortly, we arrived at the final waterfall, called rainbow waterfall, which is the biggest one. We want to go to swim but it is not allowed to do so. Because the stream was too dangerous. In total, we found 4 waterfalls through the hiking trails.

IMG_2651 IMG_2660 IMG_2707

In the afternoon, Jerry introduced us to Bali, who is the tour guide for Wangxiang aboriginal village. Then Bali invited us for a short tour in the village. In every house, they have a board made of stone with a short story about the family written on it. In some houses we found similar name which means they come from the same ancestor.

Bali also took us to see the church which is the main religious place for this tribe. This place also has library for children to study. Wangxiang tribe also has community activity center for ritual or cultural performance. After harvesting season, they used to have celebration with dance and choir performances. All villagers participate in this activity, from children to elders.

IMG_2740 IMG_2815 IMG_2755 IMG_2814

Another interesting thing in this trip is that, we found many similarities between Bunun language (used by Wangxiang villagers), Tagalog (Filipino) and Javanese (used by people in Java island Indonesia). We tried to count from 1 to 10, and found many of them quite are similar.

Can be found here: http://treasuremaptw.org/welcome-to-heshe-dongpu-and-wangxiang-tribe-village/

Indonesian Cultural Day 2016

Setahun lalu PPI NCU mengadakan Indonesian Cultural Day (ICD) yang kedua. Pada saat itu, saya diamanahkan jadi kadiv acara. Alhamdulilah tim-tim acara sangat kreatif dan berkomitmen penuh untuk ICD. Pada saat itu, kita kurang orang banget, cuman 40an orang. Dan yang bisa dijadikan panitia dan pemain mungkin tidak sampai 30 orang. Alhasil, banyak yg double job. Banyak yang main sampai 3-4 kali, termasuk wela, ketua panitia dan ketua PPInya.
Walaupun banyak kendala ini itu, alhamdulilah kegiatan ICD yang kedua itu berjalan lancar. Jumlah peserta meningkat cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Selesai ICD, ngobrol2 sama temen2 acara. Kita sama2 punya mimpi buat bikin ICD lebih besar, dengan tempat yang dapat menampung lebih banyak orang dan fasilitas yang lebih lengkap.
Fall tahun 2015, ada lebih dari 50 orang yang datang ke NCU. Total mahasiswa menjadi lebih dari 100 orang. Gak hanya itu, kebanyakan anak2 baru ini memang masih muda tapi punya bakat di bidang seni, seperti paduan suara, penyanyi, gitar, fotografi, drama, dll. Saya baru sadar ini ketika panitia ICD sudah terbentuk.
Desember 2015 kita membentuk panitia dan Ellsa jadi ketuanya. Anaknya aktif dan selalu bersemangat untuk nyiapkan ICD. Teman2 panitia yang lain juga sangat antusias dan berdedikasi buat bikin kegiatan ini sukses (Lebih baik show up supaya orang lain tahu kita punya minat dan bakat di suatu bidang).
Dari beberapa kali diskusi, kami memutuskan untuk mengadakan ICD di grand lecture hall. Dengan kapasitas sekitar 500 orang. Kami juga mengharapkan lebih banyak orang yang datang dan mengikuti kegiatan ICD. Oleh karena itu, awal januari kita mulai mondar mandir di taipei buat cari sponsor.
Singkat cerita kita dapat beberapa sponsor yang siap mendukung acara kita. KDEI sebagai perwakilan RI di taiwan juga mendukung penuh kegiatan kami. Mereka juga menawarkan peminjaman barang dan transportasi. Mereka juga membantu mengenalkan kami pada Dream Community. Dari sinilah kita mulai berkolaborasi dengan komunitas lain.
Ellsa sangat aktif berkomunikasi dengan Dream Community. Kebetulan beberapa staffnya adalah orang Bali. Jadi lebih enak untuk komunikasinya. Kita ditawarkan peminjaman berbagai properti tari, payung, backdrop, dll. Intinya mereka siap mendukung kegitan kami. Sebagai timbal balik, kami dilatih gamelan untuk ditampilkan di ICD. Ini kali pertama gamelan ditampilkan di Taiwan (tepok tangan). Tidak hanya itu, mereka juga membawakan ogoh-ogoh patung ganesha yang jadi salah satu magnet penarik perhatian orang2 untuk datang ke ICD.
Secara kepanitiaan ICD tahun ini lebih rapih dengan jobdesk yang lebih jelas. Walaupun pada perjalanannya banyak perubahan, tapi alhamdulilah tetap berjalan lancar. Semua orang bekerja keras untuk bikin kegiatan ini sukses dan alhamdulilah kita banyak dukungan dari berbagai fihak (berjejaring dan berkolaborasi itu penting).
Pada saat hari H, kita tidak menyangka kalau pesertanya bisa sangat banyak. Padahal terakhir pendaftaran online baru sekitar 300an. Nasi kuning yang kita siapkan untuk 400 orang pun juga sudah ludes tanpa sisa. Beberapa media juga turut meramaikan meliput kegiatan ini, slah satunya NCU.
Kita juga kedatangan tamu, Bunda Pipit Senja, seorang penulis yang didampingi dua orang pegiat seni di Taiwan, Ms Lin dan Mr Alex. Sepanjang kegiatan ICD mereka sangat excited. Alex tak henti-hentinya mengambil foto dan video berbagai kegiatan kita. Bahkan mungkin dokumentasinya lebih lengkap dari punya panitia (no hurt feeling guys, kita memang kurang orang). Setelah acara pun dia juga masih aktif upload2 foto dan video di timeline facebooknya. Seakan dia juga bagian dari panitia ICD. Bunda Pipit pun juga menulis sebuah artikel di website resminya tentang ICD (terharu).
Usai kegiatan, saya banyak dapat ucapan selamat dan pujian dari teman-teman kelas, KDEI, maupun teman-teman lain yang menonton. Sepertinya anak2 PPI juga masih hanyut dalam euroria ICD. Berbagai foto dan video ICD banyak muncul di timeline facebook. Mungkin itu jadi penampilan pertama mereka, tapi langsung di luar negeri dengan jumlah penonton yang tidak tanggung2. Atau mungkin mereka tidak tampil tapi aktif mengkonsep acaranya, dan itu sukses. Selamat guys. You finally made it.
Banyak cerita, pengalaman, keseruan selama menyiapkan ICD ini. Mungkin jadi lebih dekat juga dengan beberapa orang yang awalnya masih agak kaku. Anak-anak juga jadi lebih berbaur dan tidak bergrup-grup.

Kenapa milih kuliah di Taiwan (?)

Well, sebenernya dulu daftar beasiswanya gak di Taiwan aja sih. Dulu sempet kepikiran daftar di UGM juga. Terus sempat nyoba beasiswa Australian Awards, Fulbright, Monbusho, Turki. Yah, prinsipnya, selama masih ada kesempatan kenapa tidak mencoba? Lebih baik mencoba tapi gagal daripada menyesal karena tidak mencoba sama sekali 😀

10801616_856452564375796_6182821817679504143_n

Awalnya sih denger-denger aja dari cerita teman yang udah kuliah di Taiwan. Dia cerita tentang proses dan bla bla bla nya. Sampai akhirnya dia kasih saran kalau mau daftar kuliah di Taiwan coba daftar juga beasiswa dari Pemerintah Taiwan (seperti beasiswa MOE dan ICDF). Setelah itu saya juga coba googling tentang beasiswa2 tersebut. Dan sampailah juga di blog senior yang juga sama2 peserta program PPSDMS dulunya, yaitu disini. Ternyata Kak Galih ini penerima beasiswa ICDF. Jadi bisa nanya2 juga, hehehe.

Selain itu saya juga buka-buka websitenya beasiswa ICDF, yaitu disini. Dari situ saya baru tahu bahwa beasiswa ICDF ini hanya dikhususkan untuk jurusan-jurusan tertentu saja. Dari sekian puluh jurusan yang bekerja sama dengan ICDF ini, saya tertarik di jurusan IESD di National Central University (NCU). Simply speaking, di IESD saya bisa belajar tentang GIS dan energy technology, sama seperti yang saya rencanakan untuk penelitian S2. Selain itu, IESD adalah program internasional jadi gak perlu mahir bahasa mandarin dulu. Websitenya ada disini.

Ini nih beberapa alasan kenapa saya suka Taiwan,

  • Taiwan, memang belum diakui PBB sebagai sebuah negara #ribetbangetalasannya. Tapi kalau dilihat secara langsung, Taiwan ini negara yang maju (pake banget kalau dibandingin sama Indonesia, hehe).
  • Biaya hidup disini relatif murah bila dibandingin sama Jepang atau Singapore. Tapi pendapatan perkapitanya relatif tinggi dan rakyatnya hidup makmur dan sejahtera.
  • Selain itu, bisa dibilang negara ini jarang atau gak ada kriminal (pernah teman saya ketinggalan HP di taksi dan beberapa hari setelahnya HP tersebut dibalikin).
  • Public transportation yang super kece, kaya MRT, BRT, high speed railway, local train, yang (mungkin) bikin orang “males” naik kendaraan pribadi.
  • Dana penelitian dan pendidikan yang gede. Temen2 yang beasiswa dari DIKTInya kurang atau gak lancar masih ketolong beasiswa dari professor atau labnya. Kalau dengerin kuliah Energy Economic and Policy, emang ini rencana jangka panjangnya Taiwan buat ningkatin total factor productivity (TFP). Info tambahan dari Prof yang barusan ngasih ceramah, di Taiwan, satu perusahaan bisa punya 5000an patent, dibandingkan Indonesia yang saat ini hanya punya 3000an patent.
  • Taiwan ini bersih banget, ampe “sungkan” kalau mau buang sampah sembarangan. Kayanya setiap orang bertanggung jawab sama sampahnya sendiri. Jadi di dorm saya gak ada tempat sampah. Kita yang nyimpen sampah kita sendiri sampai numpuk, trus baru dibuang ke truk sampah yang nyamperin tiap sore. Sampahnya pun dipisah General sama Recycle.
  • Nyari makanan Indonesia gampang, hahaha. Minimal seminggu sekali lah catering. Menunya bisa rendang, bakso, mie ayam, dll.
  • Ini nih artikel yang ngegambarin salah satu kota di Taiwan.

Selain semua itu, salah satu alasan kenapa belajar di Taiwan adalah saya bisa belajar bahasa mandarin. Sebelumnya saya kerja di perusahaan kontraktor dan saat itu banyak berhubungan dengan perusahaan dari China dan Taiwan (Bukan banyak lagi sih, tapi hampir semuanya, hahaha). Ekonomi China memang sedang bagus. Selain itu, produk-produk China maupun Taiwan sudah banyak yang masuk ke Indonesia. Jadi, saya pikir kedepannya akan banyak kerja sama antara Indonesia dengan kedua negara ini. Dan mungkin ketika kita faham bahasa mandarin, kita sudah punya modal kuat untuk terlibat aktif di hubungan Indonesia dengan China ataupun Taiwan ini. Sebenernya gak hanya Indonesia, negara lain juga banyak berhubungan dengan China. So, no reason not to study mandarin when we have chance.

Belajar TOEFL? Baca bukunya Betty Azar

Saya ingat dulu SMA pernah les TOEFL. Sebenarnya gak pernah ada niat buat ikut les ini, tapi alhamdulilah punya teman-teman yang berfikiran jangka panjang. Dan akhirnya pun saya juga merasakan manfaatnya.

 

Dulu saya ikut les TOEFL di sebuah lembaga kecil. Pak guru membawa buku khusus panduan berwarna biru. Judulnya English Grammar dan dikarang oleh Betty Schramfer Azar. Bukunya memang cukup lengkap, mulai dari tenses sampai jenis aturan grammar yang lain. Dalam buku tersebut juga ada jenis-jenis kata yang perlu dihafalkan, seperti gerund, to infinitive, dll. Namun begitu, saya kurang memahami tentang soal-soal yang ada didalamnya. Sepertinya harus didampingi oleh tutor untuk mengerjakannya. Hehe.

 

Buat temen2 yang pengen baca, silahkan diunduh file PDF nya disini

 

TINGKAT AKHIR YANG TAK TERLUPAKAN

“The future belongs to those who believe in the beauty of their dream” (Eleanor Roosevelt)DSC_0705 (Medium)

Sebaik-baiknya motivasi adalah motivasi dari diri sendiri (self-motivation). Dan mimpi selalu menjadi kata favorit yang diucapkan oleh motivator. Mimpi identik dengan keinginan dan harapan. Dan harapan positif kemudian menjelma menjadi sebuah kekuatan yang membangkitkan gelora dan semangat untuk berusaha dan berjuang mencapai mimpi yang besar.

Tahun 2012 sepertinya menjadi tahun keberuntunganku selama berkuliah di IPB. Tepatnya tanggal 4 Februari 2012 aku menginjakkan kaki di negeri Barata sebagai salah satu dari dua perwakilan Indonesia untuk mengikuti kegiatan Asia-Pacific UNEP TUNZA Youth and Children Conference. Disana aku bertemu dengan pemuda dan anak-anak dari Benua Asia lainnya untuk berdiskusi tentang isu-isu lingkungan dan menyiapkan sebuah rekomendasi untuk Konferensi Tingkat Tinggi Bumi Rio+20.

Kemudian Maret 2012, setelah melalui seleksi yang cukup ketat dari berbagai tingkat (jurusan, fakultas dan universitas), akhirnya aku berhasil mencapai salah satu mimpi besarku saat kuliah, yaitu menjadi Mahasiswa Berprestasi 3 di IPB. Bukan status atau gelar yang aku inginkan, tapi yang paling menarik adalah proses seleksinya. Aku mengikuti focus group discussion dengan mahasiswa-mahasiswa terbaik dari tiap fakultas, mengerjakan tes standar IELTS, presentasi bahasa inggris dan karya tulis serta wawancara dengan dosen-dosen yang super kritis.

Terakhir, Juli 2012 menjadi the best summer I ever had. Waktu itu aku terpilih sebagai salah satu peserta dari summer camp yang diadakan oleh Federasi Russia. Aku mengikuti kuliah outdoor dengan suasana musim panas yang dingin di hutan pinus Eropa. Aku berkumpul dengan peserta dari belahan dunia lainnya dan belajar banyak tentang heterogenity. Hal ini yang kemudian membuka wawasanku tentang arti sebenarnya dari intercultural-understanding.

Aku memimpikan itu semua jauh-jauh hari. Setelah bermimpi aku membuat rencana dan peta hidup. Saat ingin menjadi mahasiswa terbaik misalnya, aku membuat rencana dengan membagi fokus bidang yang aku tekuni per tahunnya (akademik di tingkat 1, organisasi di tingkat 2 dan kegiatan ilmiah di tingkat 3). Dan mungkin, ini pula yang membuatku terpilih sebagai salah satu TF scholar saat itu.

Rencana-rencana itu kemudian aku share ke orang lain sebagai controlling point, menjadi penyemangat disaat bencana malas datang dan menjadi pengingat saat aku berjalan di jalur yang salah. Karena bagiku, keberuntungan adalah siap disaat kesempatan datang. Sehingga, untuk mendapatkan keberuntungan, kita juga harus berusaha menyiapkannya, salah satunya adalah dengan membuat rencana.

So, let’s dream big and make it comes true 

Water Purifier, The Future of Drinking Water

Air merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Sebanyak 60 persen berat tubuh manusia dewasa adalah air yang bersumber dari air minum. Di dalam tubuh, air akan berfungsi sebagai zat transport oksigen dan karbondioksida serta nutrisi-nutrisi dari dan ke organ-organ dalam (Irawan 2007). Oleh karena itu, konsumsi air secara tepat adalah sebuah keharusan.

Minum Air untuk Menjaga Kesehatan (dottera)

Krisis air di Indonesia masih menjadi kendala utama dalam pencapaian visi peningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Hasil kajian USAID dan Basic Human Services tahun 2007 menyebutkan bahwa hampir 100 persen air minum yang dikonsumsi masyarakat Indonesia mengandung bakteri Eschereichia coli. Selain itu, menurut Bapda Pusat Statistik tahun 2009 akses air bersih dalam skala nasional baru mencapai 47.7 persen (Susanto 2012). Hal ini lah yang kemudian menyebabkan munculnya berbagai masalah kesehatan seperti penyakit diare yang setidaknya menyerang 4/10 orang dewasa dan anak balita dua kali per tahun (sumber : tempo).

Dengan kondisi seperti ini, masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan mulai beralih ke air minum kemasan yang lebih praktis dan terpercaya dari segi keamanan dan kebersihannya. Data dari Aspadin (Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia) menunjukkan bahwa konsumen air minum dalam kemasan (AMDK) terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2013 mendatang diprediksi kebutuhan AMDK meningkat 10 persen menjadi 21.78 miliar liter (sumber: Investor Daily).

Tingginya pasar AMDK ini kemudian mendorong para produsen air minum kemasan untuk meningkatkan produksi mereka. Namun, kondisi ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Eksploitasi sumber mata air yang berlebihan dapat menyebabkan ketidak seimbangan ekosistem di area mata air. Dan, pada akhirnya juga akan berdampak pada ketersediaan air di wilayah hilir karena sebagian besar air sungai bersumber dari hulu.

Sampah Botol Minuman Kemasan (ecosalon)

Saat ini, air minum kemasan dari sumber mata air tidak bisa dijadikan pasokan air minum utama karena berbagai kekurangannya. AMDK menggunakan kemasan berbahan plastik yang tidak ramah lingkungan. Selain itu, untuk sampai ke tangan konsumen, air kemasan dari sumber mata air harus dipindahkan menggunakan kendaraan bermotor yang membutuhkan biaya yang tidak murah, disamping boros bahan bakar dan mengeluarkan polusi yang mencemari udara.

Solusi pintar dari kelangkaan air minum adalah menggunakan air yang tersedia di sekitar kita. Air kran dari PDAM atau air tanah dapat diolah lagi secara rumah tangga dengan teknologi water purifier yang telah tersebar luas di masyarakat. Teknologi terbaru dari water purifier telah terbukti mampu menghilangkan bakteri, virus dan parasit tanpa memerlukan sumber energi, seperti gas ataupun listrik. Salah satu pemurni air yang terkenal adalah PureIt yang sukses dengan penjualan terbesar di dunia (Verify Markets).

IYF Seliger: St Petersburg Trip

Beberapa orang sih bilang, “rugi kalau ke Russia tapi gak mampir ke St Peter”. Mereka bilang St Peter adalah salah satu kota terindah di Eropa.

Selama kegiatan Seliger, aku dan Ai sibuk mikir penginapan dan transportasi dari Tver ke St Peter dan dari St Peter ke Moscow. Akhirnya ada tawaran dari panitia untuk bus dari Tver ke St Peter dengan harga 1500 rub atau sekitar 450k IDR. Untuk penginapan aku percaya sama situs http://booking.com yang bisa buat booking hostel dan penginapan murah. Waktu itu, aku dapat hostel dengan harga sekitar 150k IDR di St Peter karena letaknya yang di pusat kota.

Jam 10 pagi aku berangkat dari Tver ke St Petersburg dengan bus yang disiapkan panitia. Dan karena Tver ke St Peter sangat jauh, kami harus siap bosen dengan 8 sampai 10 jam perjalanan. Sepanjang perjalanan kami melihat kawasan country (pinggiran) Russia, mulai dari pasar tradisional sampai rumah-rumah yang tak berpenghuni.

 

Dan sekitar pukul 8 malam kami sampai di stasiun metro Kupchino dimana setelah itu aku mengalami kejadian kecopetan. Setelah sampai di stasiun Mayakovskaya kami dijemput Ghozy, yaitu anak PPI Russia yang ditugaskan untuk menemani kami. PPI Russia memang punya divisi-divisi yang ditugaskan untuk membantu mahasiswa Indonesia yang ada di Russia.

Ghozy mengantarkan kami ke hostel yang ada di sekitar Nevsky Prospect. Dia juga yang mengenalkan kami pada yang punya hostel karena kami tidak ada yang bisa bahasa Russia dan ibunya juga gak bisa bahasa inggris.

Kemudian, kami makan malam di KFC di Nevsky Prospect. Walaupun ada di Russia, kami tidak bisa membuang kebiasaan makanan Indonesia. Dan KFC lah yang paling mirip dan biasa kami makan. Di KFC situ ada refill minuman bersoda seperti Pepsi. Tapi gelasnya bayar sekitar 15k IDR.

Setelah itu kami jalan-jalan malam di pusat kota St Peter. Perjalanan kaki kami berakhir di darmaga karena kami akan melakukan canal trip dan Ghozy harus pulang ke kosnya. Waktu itu sudah jam 12 malam. Kami berkeliling sungai-sungai di St Peter dengan suasana seperti di Venice, Itali (waktu lihat di film aku sangat pengen pergi kesana). Di kapal yang kami tumpangi, semuanya berpasangan kecuali kami yg bergerombol. Sumpah, suasananya romantic banget. Kami juga melihat jembatan terbuka yang memisahkan kota St Peter. Setelah itu kami pulang dan sampai hostel setelah pukul 3 pagi. #ngantuk.

Setelah bangun, Ghozy mengajak kami pesan tiket bus ke Moscow. Harganya sekitar 1100 rub. Kemudian kami diajak menyebrang jembatan dan ke Blue Mosque setelah makan siang di Burger King.

Blue Mosque adalah masjid yang pernah dibebaskan oleh Soekarno. Pada masa Uni Soviet, masjid itu digunakan sebagai gudang senjata. Soekarno melakukan diplomasi dengan presiden saat itu dan akhirnya mengaktifkan kembali Blue Mosque sebagai tempat ibadah.

 

Setelah itu, kami ke Museum tank dan Benteng Paul and Fortress. Saat keluar dari benteng, hujan datang. Kami kemudian berteduh di sebuah café. Setelah reda, perjalanan kami lanjutkan ke museum terlengkap di dunia, Hermitage.

 

Yah walaupun hanya 24 jam berada di kota ini, it was awesome. I wanna go there again someday, with my wife. Amin.

IYF Seliger: Global Village

Salah satu kegiatan di IYF Seliger yang aku nantikan adalah global village. Karena disinilah untuk pertama kalinya, aku pakai pakaian adat jawa yang udah lama dibeli dari Jogja. Tidak hanya aku, Deka dan Widya juga membawa baju adat. Deka pakai baju untuk tari topeng sedangkan widya pakai kebaya. Dan banyak orang minta foto bareng kami bertiga. Wow, it’s like an artist.

Disini peserta membuat stan yang berisi promosi negara asal. Kami, delegasi Indonesia membawa beberapa souvenir yang dijual, termasuk aku yang jualan pulpen, wayang dan kipas bamboo. Alhamdulilah lumayan untungnya. Hehe

Selain itu, kami juga menawarkan beberapa makanan khas Indonesia seperti Kripik karuhun, STMJ dan pastel. Peserta yang mencicipi, khususnya yang dari Eropa merasa kepedesan setelah makan kripik karuhun. Karena mereka tidak terbiasa dengan rasa spicy.